Rabu, 12 Juni 2013

Maya Soetoro Adik Obama Tinjau Alat Deteksi Bahaya Longsor UGM


MAGELANG -  Maya Soetoro, Adik Presiden Barack Obama, meninjau alat deteksi longsor dan banjir lahar dingin buatan UGM yang dibangun di beberapa lokasi di sepanjang kali putih, kabupaten Magelang. Selain menengok alat early warning system ini, kunjungan setengah hari tersebut dimanfaatkan Maya menengok langsung kondisi Sabo dam di sepanjang kali putih dan berdialog langsung dengan warga korban merapi di dusun kemiren, Srumbung, Magelang. “Saya sangat tekesan, dari sisi kelembagaan sistem komunikasi yang dibangun antara universitas, masyarakat dan pemeritah, sudah berjalan dengan baik. Model seperti ini bisa diterapkan di daerah lain bahkan di Asia pasifik,” kata Maya kepada wartawan usai melihat kawasan kali putih Jumoyo, magelang, Rabu (12/6).
Maya Soetoro menuturkan para pakar di perguruan tinggi seharusnya banyak dilibatkan dalam penaganan mitigasi bencana sehingga dampak risiko bencana dapat dikurangi. Oleh karena itu, dia mengharapkan model kerjasama sinergis tiga pihak ini bisa berlanjut dan dikembangkan secara berkelanjutan. “Yang sepeti ini harus didukung dan dikembangkan,” ujarnya.
Didampingi beberapa Dosen Fakultas Teknik UGM diantaranya  Ir. Faisal Fathani dan Prof. Dr. Dwikorita, adik Barack Obama tersebut mendapat penjelasan mengenai proses terjadinya bencana lahar dingin erupsi yang telah merusak rumah warga Desa Jumoyo. “Sekrang sudah dipasang kamera CCTV yang mendeteksi jika ada tanda ancaman bahaya lahar dingi. Tidak cukup itu saja, sukarelawan menggunakan radio komunikasi sederhana untuk berbagi informasi jika ada ancaman bahaya banjir lahar dingin datang,” katanya.
Kepala bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Magelang, Joko Sudibyo, mengatakan akibat bencana banjir lahar dingin tahun 2010 lalu menyebabkan sebagian warga kehilangan mata pencaharian karena ladang dan sawah mereka rusak dan  terendam material lahar dingin. Selain mendatang bencana, imbuhnya, material lahar dingin juga mendatangkan ekonomi bagi korban merapi dengan adanya usaha penambangan pasir. “Bagi rumah dan sawah hilang mereka kehilangan sumber penghasilan, mereka dapat penghasilan dari penambangan pasir ini,” ujarnya.
Setelah tiga tahun pasca erupsi, material pasir dan batu semakin menipis dan mereka yang menjadi korban erupsi merapi yang dulunya tinggal di hunian sementara sekarang direlokasi di hunian tetap. Untuk menambah penghasilan mereka, pemerintah melakukan berbagai macam kegiatan pelatihan. “Mereka dilatih, ada yang buat produk home industri, ada juga masih menambang pasir dan ada juga sudah buka peternakan,” katanya.
Namun demikian, tidak semua korban merapi yang telah mendapatkan hunian tetap. Hanya  450 KK yang kini tinggal di hunian tetap hasil bantuan dari pemerintah. “Yang belum ada 300-an Kepala Keluarga. Rencananya dalam waktu dekat ada bantuan ada 59 rumah yang akan dibangun oleh lembaga internasional,” katanya. 
Mendengar penjelasan perangkat desa dan berdialog dengan warga, Maya Soetoro menegaskan hasil kunjungannya di Magelang akan disampaikan kepada pemerintah Amerika Serikat. “Semua yang saya lihat di sini akan saya sampaikan semuanya kepada pemerintah Amerika,” kata Maya.
Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Alumni. Prof. Dr. Dwikorita Karnawati menyatakan kunjungan Maya Soetoro ke daerah bekas lokasi bencana erupsi merapi diharapkan makin mempercepat realisasi kerjasama bidang sains dan teknologi terutama dalam pengembangan teknologi penanggulangan bencana. “Antar pemimpin Negara telah menandatangani kerjasama bidang sains dan teknologi namun realisasinya belum optimal. Kehadiran Maya Soetoro diharapkan kerjasama yang lebih kongkrit segera telaksana,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Selasa, 11 Juni 2013

12 PT Ikut Kompetisi Mobil Listrik


YOGYAKARTA – Sebanyak  12 tim dari berbagai perguruan tinggi mengikuti kompetisi mobil listrik indonesia atau Indonesia Electric Vehicle Competition (IEVC) yang dilaksanakan jurusan teknik mesin Fakultas Teknik UGM, 8-9 Juni, yang berlangsung di Boulevard UGM.
Mobil listrik yang dikompetisikan umumnya berbetuk mobil formula. Pasalnya, kendaraan yang dikompetisikan tidak hanya pada desain dan kemampuan daya tahan energi listrik semata yang dihasilkan. "Namun juga tingkat kemampuan kecepatan dan akselerasi mobil," kata Benjamin ditemui disela-sela perlombaan, Sabtu (8/6).
Benjamin Bima, mengatakan kriteria penilaian mobil listrik ditentukan berdasarkan tiga tahap seleksi yaknik uji spesifikasi kendaraan, uji kemampuan daya tahan (Time attack) dan uji kecepatan mobil listrik (drag race). “hanya mobil listrik yang lolos uji spesifikasi yang bisa mengikuti drag race dan time attack,” ujarnya.
Selain desain, beberapa spesifikasi mobil listrik yang diuji yakni lebar kendaran, sistem kelistrikan, ruang kemudi, sekering, ada atau tidaknya sistem pengisian daya. Selanjutnya, sistem suspensi, lampu rem, diameter velg, roll bar, dan radius putaran maksimum “Lebar kendaraan tidak boleh kuran 150 cm dan diameter velg 13-17 inch,” kata Koordinatir lomba Ahmad zihni.
Untuk menguji kemampuan daya tahan energi kendaraan, yang diuji lainnya adalahendurance kendaraan apakah mampu bertahan melewati 10 lintasan dalam waktu sepuluh menit. Dimana panjang satu lintasan  berjarak 400 meter. “Kita ingin mengukur ketahanan aki. Kendaraan selain cepat tapi juga irit,” ungkapnya.
Zaini menuturkan perlombaan mobil listrik dimaksudkan untuk meningkatkan antusiasme mahasiswa dalam pengembangan mobil listrik. Selain itu juga untuk mempertemukan para mahasiswa pengembang mobil listrik.
Beberapa perguruan tinggi yang ikut serta diantaranya UGM, UNY, Uiversitas Pasundan, Universitas Mataram NTB, UNJ, UMY, Politeknik Negeri Bandung, Politekik Negeri Semarang, Universitas Bangka Belitung, dan STTNAS Yogyakarta. Salah satu peserta, Yudistira Rizky Abdurrahman, Tim Mandalika Universitas Mataram, mengaku keikutsertaannya ikut kompetisi untuk menimba pengalaman dan pengetahuan baru dalam teknologi pengebangan mobil listrik.
Rizky bersama 11 anggota tim lainnya membutuhkan waktu selama 4 bulan untuk mendesain mobil listrik “Mandalika’ dengan menghabiskan dana tidak sedikit. “Biaya yang sudah dikeluarkan hampir Rp 49 juta, semuanya ditanggung pihak fakultas,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)


Kamis, 06 Juni 2013

Empat Kendala Menciptakan Otak Digital


NEW YORK – Sebelum para insinyur bisa membuat mesin sungguhan yang mampu meniru pikiran manusia, para ilmuwan masih membutukan waktu yang lama untuk membuat tiruan 100 miliar neuron otak dan 100 kuadriliun hubungan antarneuron tersebut.

Di Eropa, ilmuwan neurologi Henry Markram dan timnya membuat proyek ambisius yang kontroversial yang disebut Human Brain Project yang sejak awal mencoba membuat sebuah otak visual. Sebelumnya pada tahun ini, Presiden AS Barack Obama mengumumkan bahwa jutaan dolar akan dikucurkan dalam usaha untuk memetakan aktivitas otak melalui Brain Research through Advancing Innovative Neurotechnologies, atau BRAIN.

Jumat malam (31 Mei), sebuah panel yang terdiri dari para ahli di World Science Festival di New York menguraikan tantangan yang mereka hadapi seperti mengatasi kendala sains dan teknologi. 

Berikut adalah empat kesulitan yang dihadapi untuk membuat otak digital, yang dibahas dalam sesi bertajuk "Architects of the Mind: A Blueprint for the Human Brain" itu.

Otak bukanlah komputerMungkin para ilmuwan akan membuat komputer seperti otak manusia, namun otak tidak bekerja layaknya komputer. Manusia memiliki kecenderungan membandingkan otak dengan teknologi mutakhir saat ini, kata ahli perkembangan neurobiologi, Douglas Fields dari National Institute of Child Health and Human Development. Saat ini, analogi terbaik itu adalah komputer, “Merupakan hal yang jelas bahwa otak tidak bekerja seperti alat itu sama sekali,” tambah Fields.
 
Otak sebagian berkomunikasi melalui impuls elektrik. Meski demikian otak adalah organ biologis yang terbuat dari jutaan sel, sedangkan sel pada dasarnya hanya “sekantung air laut,” kata Fields. Otak tidak memiliki kabel, tidak memiliki kode digital, dan tidak memiliki program. Bahkan bila ilmuwan menggunakan analogi kode komputer, mereka tidak akan mengetahui bahasa apa yang digunakan otak.
 
Para ilmuwan membutuhkan teknologi yang lebih baikKristen Harris, seorang ilmuwan neurologi di University of Texas di Austin juga menentang analogi komputer tersebut, dengan mengatakan bahwa para ilmuwan cenderung berpikir bahwa satu sel otak memiliki kemampuan yang setara dengan kemampuan sebuah laptop. Itu merupakan salah satu cara untuk menggambarkan kerumitan proses kerja setiap selnya.
 
Para ilmuwan mampu melihat hubungan antara neuron tunggal secara mendetail, namun melalui proses yang sangat rumit. Mereka harus memotong jaringan neural terlebih dahulu, memindai ratusan potongan jaringan tersebut dengan menggunakan mikroskop elektron, lalu menempatkan potongan-potongan tersebut ke komputer untuk menjalani rekonstruksi, jelas Murray Shanahan, profesor robotik kognitif di Imperial College London.
 
Butuh waktu yang cukup panjang untuk melakukan hal serupa meski menggunakan teknologi yang ada saat ini. Dan untuk mendapatkan pernyataan rata-rata, para ilmuwan harus membandingkan kuadriliunan hubungan tersebut pada beberapa otak yang berbeda.
 
“Tantangan terbesarnya adalah memberikan para ilmuwan alat yang dapat melakukan analisis yang lebih cepat,” kata Harris. Ia menambahkan, ahli fisika dan para insinyur mungkin mampu membantu para ilmuwan untuk mengukur hal tersebut, dan ia berharap wakil BRAIN akan ikut ambil bagian.
 
Bukan hanya neuron Bahkan jika teknologi terbaru mampu memetakan kuadriliunan hubungan antarneuron dalam otak, para ilmuwan masih harus menguraikan apa maksud dari hubungan-hubungan tersebut terhadap kesadaran dan tingkah laku manusia.
 
Terlebih lagi, neuron hanya terdiri dari 15 persen dari sel-sel otak, kata Fields. Sel-sel lainnya disebut glia, yang dalam bahasa Yunani berarti “lem”. Telah lama dipercaya bahwa sel-sel tersebut menyediakan dukungan struktural dan nutrisi untuk neuron, namun Fields mengatakan bahwa glia kemungkinan terlibat dengan menjadi latar belakang penting komunikasi pada otak bak secara elektrik maupun secara bersamaan. 
 
Para ilmuwan telah mendeteksi perubahan sel-sel glia pada pasien yang mengidap amyotrophic lateral sclerosis (ALS), epilepsi, dan Parkinson, kata Fields. Sebuah penelitian pada 2011 menemukan ketidaknormalan pada sel-sel glia yang dikenal sebagai astrocytes (sel yang berperan mengirim protein dan mengganti sel otak yang rusak) dalam otak orang-orang yang mengidap depresi dan melakukan bunuh diri.

Fields juga menegaskan bahwa neuron pada otak Albert Einstein tidak begitu hebat, namun sel-sel glianya lebih besar dan lebih rumit dibandingkan yang ditemukan dalam rata-rata otak manusia.
 
Otak adalah bagian dari tubuh yang lebih besarOtak terus-menerus merespon masukan dari seluruh anggota tubuh. Mempelajari otak secara tertutup malah akan mengabaikan sinyal-sinyal yang masuk ke ke otak, kata Gregory Wheeler, filsuf, pemikir, dan ilmuwan komputer di Carnegie Mellon University.

“Otak berevolusi untuk membuat tubuh dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan,” kata Wheeler. Sebaliknya, dibandingkan meneliti otak secara terpisah, para ilmuwan harus menempatkannya dalam sebuah tubuh — yaitu sebuah robot tubuh.

Wheeler juga telah memiliki contoh robot itu. Ia memperlihatkan sebuah video yang menampilkan Shrewbot, sebuah robot tiruan tikus Etruscan yang diciptakan oleh para peneliti di Bristol Robotics Lab, Inggris. Sinyal-sinyal tersebut berasal dari “kumis” sensitifnya yang memengaruhi gerakan-gerakan.

SUMBER

Selasa, 04 Juni 2013

‘Semar’ Ikut Kompetisi Hemat Bahan Bakar


YOGYAKARTA – Tim Semar UGM kembali mengikuti Kompetisi lomba kendaraan hemat bahan bakar, Shell Eco-marathon Asia di Sepang Malaysia pada 4-7 Juli. Keikutsertaan untuk keempat kalinya tim semar dalam ajang regional ini, rencananya mengirimkan dua mobil untuk kategori urban concept dengan bahan bakar diesel dan kategori prototype car dengan bahan bakar gasoline.

Ketua Tim Semar, Agung Prasetya, mengatakan tim semar beranggotakan 14 orang mahasiswa dan satu dosen pembimbing. Dua mobil semar dikontruksi body monocoque dengan menggunakan material carbon fiber composite agar bisa  meringankan dan meningkatkan presisi Semar. Bahkan semua komponen menggunakan bahan aluminium. “Semakin ringan semar maka akan semakin hemat bahan bakar,” kata mahasiswa jurusan teknik mesin dan industri Fakultas Teknik UGM ini ditemui di sela-sela pelepasan tim semar oleh Rektor UGM di Balairung, Senin (3/6).

Pada kompetisi kali ini, mobil semar urban menggunakan mesin diesel berkapasitas 220 cc yang mengadopsi teknologi near adiabatic diesel engine (NADE). Sedangkan mobil Semar proto menggunakan teknologi Pedal Steering System, dimana pengendalian mobil tidak lagi menggunakan tangan melainkan dengan menggunakan kaki. Teknik ini dimaksudkan  untuk meningkatkan luas pandang dan posisi tubuh pengendara di ruang yang cukup sempit. “Kalo peserta yang lain pakai tangan, kita coba pakai kaki,” kata Agung yang mengaku butuh persiapan satu tahun untuk mendesain mobil mungil ini.

Karena mengikuti kompetisi kategori hemat bahan bakar, Agung menuturkan untuk satu liter bahan bakar mobil semar mampu menempuh jarak tempuh 32 kilometer dengan kecepatan 30-40 km per jam. Dalam kompetisi Shell Eco- marathon, mobil Semar akan bersaing dengan mobil irit bahan bakar dari perguruan tinggi lainnya untuk menyelesaikan 4 lap lintasan dengan jarak total kurang lebih 12 km. “Setiap mobil diberikan waktu tidak boleh lebih 28 menit,” katanya.

Kendati belum pernah membawa pulang juara untuk mobil hemat bahan bakar, namun Agung mengatakan sepanjang tim semar mengikuti kompetisi telah berhasil meraih best desain pada kompetisi tahun 2010, lalu mendapatkan penghargaan the best technical innovation pada tahun 2011. Kemudian masuh sepuluh besar prototype car gasoline di kompetisi yang sama tahun 2012. “Kita berharap tahun ini bisa juara,” ujarnya seraya menambahkan saingan terberat tim dari Thailand yang menurutnya memiliki pengalaman mengikuti kompetisi di Eropa.

Rektor UGM, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., mengharapkan tim semar bisa membawa pulang prestasi yang bisa membanggakan dalam kompetisi regional tingkat Asia ini. Namun yang tidak kalah penting menurut Rektor, keikutsertaan mahasiswa dalam kompetisi inovasi bidang otomotif ini mampu memberikan kontribusi bagi industri otomotif nasional. “UGM menginginkan pengalaman mahasiswa ini untuk mengembangkan industri dalam negeri kelak. Kita harapkan pada kemudian hari mereka mampu menciptakan Gama Car. Seperti bidang riset ilmu lain di UGM yang telah masuk dunia industri,” ujarnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Tak Satupun Siswa MA DIY Lolos SNMPTN UGM



Kantor Wilayah Kementrian Agama (Kanwil Kemenag) DIY akan mengirimkan surat ke Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) terkait tidak satupun siswa Madrasah Aliyah (MA) di DIY yang diterima di perguruan tinggi negeri (PTN) tersebut. Kanwil Kemenag DIY meminta pihak UGM transparans soal SNMPTN

Kabid Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag DIY, Noor Hamid mengatakan, pihaknya sudah mengumpulkan kepala MA se-DIY terkait hal tersebut. Pihaknya tengah menginventarisir secara detil jumlah siswa MA yang mendaftar ke UGM melalui SNMPTN termasuk jurusan yang mereka pilih.

"Setelah itu kita akan kirim surat ke Rektor UGM meminta kejelasan dan transparansi terkait siswa kami ini," ujarnya kepada Republika, Kamis (30/5).

Menurutnya, pihaknya sudah menanyakan terkait hal tersebut ke pihak UGM. Alasan pihak UGM tidak menerima siswa MA DIY karena nilai yang tidak mencukupi sementara jurusan yanh diperoleh merupakan jurusna favorite. "Nilai seperti apa, kita butuh transparansi. Karena seleksi SNMPTN berdasarkan nilai dari sekolah. Makanya kita akan kirim surat ke UGM," katanya.

Dikatakannya, pihak UGM juga tidak melakukan sosialisasi secara terbuka terkait nilai dan pemilihan jurusan tersebut. Apalagi kata dia, berdasarkan pengumuman SNMPTn kemarin, hanya sekitar empat siswa MA se-Indonesia yang diterima di PTN itu. "Ini kan aneh, apalagi banyak MA di Indonesia yang kualitasnya bagus," kata Hamid.

Karena itulah kata dia, melalui surat klarifikasi ke Rektor UGM tersebut diharapkan akan ada titik temu terkait persoalan ini. Sebab Kemendikbud dan Kemenag sendiri telah mendeklarasikan pendidikan bersama, tidak ada diskriminasi antara pendidikan di madrasah dan sekolah umum. "Semangat ini yang kita bawa," tandasnya.

sumber http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/13/05/30/mnllt5-tak-satupun-siswa-ma-diy-lolos-snmptn-ugm

Senin, 03 Juni 2013

Ganti Rem Teromol Belakang Menjadi Cakram!



Rem merupakan salah satu komponen vital di kendaraan. Jika tidak berfungsi dengan baik atau rusak, dipastikan akan berakhir dengan kecelakaan. Setiap produsen merancantg sistem dan menggukan komponen rem sesuai dengan kemampuan kendaraan. Kendati demikian, beberapa penggunanya masih merasa kurang yakin, tetap saja melakukan modifikasi agar merasa lebih yakin.

Berikut beberapa pilihan yang bisa dipakai untuk membuat rem lebih pakem berdasarkan petunjuk Agus Djoahansyah, pemilik Bengkel Dems Auto Technic di kawasan Jatiwaringin, Jakarta Timur.

1. Ganti kampas rem dan cakram. Biasanya konsumen mau cari jalan pintas dan mudah, hanya mengganti kampas dengan produk kompetisi. Langkah tersebut memang bisa membuat kerja rem lebih pakem. Namun bahan dasar lebih keras dari produk standar sehingga bisa mengakibatkan cakram cepat terkikis dan tipis. Untuk mengantisipasi, piringan juga harus diganti dengan produk kompetisi.

Kelebihan lain, penggantian secara bersamaan membuat usia kampas dan piringan rem bertahan lebih lama dibanding standar. Apalagi digunakan pada kondisi normal atau sehari-hari (bukan untuk balap). Namun ada hal yang patut diperhatikan, saat suhu kampas masih dingin, kerja rem belum maksimal atau tidak sepakem saat sudah panas.

2. Ganti teromol dengan cakram. Beberapa mobil yang dijual saat ini masih memakai tromol untuk rem (troda) belakang. "Normalnya pembagian pengereman antara depan belakang adalah 70:30. Nah, meski kecil jika dimaksimalkan akan menjadi lebih pakem," papar Agus. Biasanya rem belakang kerap berfungsi ketika beban rem berat, misalnya rem mendadak.

Proses penggantian tidak semudah melepas teromol dan lasung memasang cakram. Harus ditambahkan adaptor memegang cakram dan kaliper. Pemasangannya harus presisi agar permukaan cakram, kalau habis harus rata.

3. Untuk rem belakang yang diubah ke cakram, harus ditambahkan kaliper buat rem tangan atau parkir. Cara ini kerap dilakukan pada mobil yang dipakai slalom. Selain menambahkan kaliper, sistemnya pengoperasian juga harus diubah. Bial sebelumnya dioperasikan secara mekanis (menggunakan kawat), untuk cakram harus hidraulik. Untuk itu, harus ditambah pula dengan master rem yang dioperasikan melalui tuas rem tangan.

Sumber